Beranda | Artikel
Syarat Wajib Shalat: Jika Terkena Syarat Ini, Tak Ada Uzur untuk Tidak Shalat
Kamis, 14 September 2023

Apa saja syarat wajib shalat? Artinya, jika mendapati syarat ini, maka tidak ada uzur untuk tidak shalat.

 

 

Matan Al-Ghayah wa At-Taqrib

Kitab Shalat

 

Al-Qadhi Abu Syuja’ rahimahullah dalam Matan Taqrib berkata,

وَشَرَائِطُ وُجُوْبِ الصَّلاَةِ ثَلاَثَةُ أَشْيَاءَ: الإِسْلاَمُ وَالبُلُوْغُ وَالعَقْلُ وَهُوَ حَدُّ التَّكْلِيْفِ

Syarat wajib shalat itu ada tiga: Islam, baligh, berakal. Inilah yang disebut batasan taklif.

 

Penjelasan:

 SYARAT WAJIB SHALAT

Yang dimaksudkan di sini adalah syarat yang menunjukkan bahwa yang terkena berarti mendapatkan beban taklif.

Pertama: Islam. Berarti shalat tidaklah diwajibkan kepada orang kafir, baik pria maupun wanita kafir.

Catatan:

  • Jika orang kafir shalat, shalatnya tidaklah diterima. Namun, di akhirat ia mendapatkan hukuman sebagai tambahan siksaan.
  • Orang yang murtad juga ia dituntut untuk mengerjakan shalat jika ia balik ke Islam. Adapun kafir asli, maka keislamannya menghapuskan yang dilakukan sebelumnya, sehingga ia tidak dituntut untuk melaksanakan shalat.

 

Faedah: Keutamaan mereka yang masuk Islam

Allah Ta’ala berfirman,

قُل لِّلَّذِينَ كَفَرُوا إِن يَنتَهُوا يُغْفَرْ لَهُم مَّا قَدْ سَلَفَ وَإِن يَعُودُوا فَقَدْ مَضَتْ سُنَّتُ الْأَوَّلِينَ

Katakanlah kepada orang-orang kafir itu, (Abu Sufyan dan kawan-kawannya) ‘Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka yang telah lalu; dan jika mereka kembali lagi (memerangi Nabi), sungguh akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah terhadap) orang-orang terdahulu (dibinasakan).” [Al-Anfaal/8: 38]

Shahabat ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhu yang menceritakan kisahnya ketika masuk Islam, beliau Radhiyallahu anhu berkata:

…فَلَمَّا جَعَلَ اللهُ اْلإِسْلاَمَ فِى قَلْبِي أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ: ابْسُطْ يَمِيْنَكَ فَـْلأُبَايِعْكَ. فَبَسَطَ يَمِيْنَهُ. قَالَ فَقَبَضْتُ يَدِى قَالَ ((مَا لَكَ يَا عَمْرُو ؟)) قَالَ قُلْتُ: أَرَدْتُ أَنْ أَشْتَرِطَ قَالَ ((تَشْتَرِطُ بِمَاذَا ؟)) قُلْتُ: أَنْ يُغْفَرَلِى. قَالَ ((أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ اْلإِسْلاَمَ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ؟ وَأَنَّ الْهِجْرَةَ تَهْدِمُ مَاكَانَ قَبْلَهَا؟ وَأَنَّ الْحَجَّ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ ؟))

… Ketika Allah menjadikan Islam dalam hatiku, aku mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan aku berkata, ‘Bentangkanlah tanganmu, aku akan berbai’at kepadamu.’ Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membentangkan tangan kanannya. Dia (‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhu) berkata, ‘Maka aku tahan tanganku (tidak menjabat tangan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam).’ Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Ada apa wahai ‘Amr?’ Dia berkata, ‘Aku ingin meminta syarat!’ Maka, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Apakah syaratmu?’ Maka aku berkata, ‘Agar aku diampuni.’ Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Apakah engkau belum tahu bahwa sesungguhnya Islam itu menghapus dosa-dosa yang dilakukan sebelumnya, hijrah itu menghapus dosa-dosa sebelumnya, dan haji itu menghapus dosa-dosa sebelumnya?’” (HR. Muslim, no. 121)

Keutamaan lainnya dari yang masuk Islam.

عَنْ حَكِيْمِ بْنِ حِزَامٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَرَأَيْتَ أَشْيَاءَ كُنْتُ أَتَحَنَّثَُ بِهَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ مِنْ صَدَقَةٍ أَوْ عَتَاقَةٍ أَو صِلَةِ رَحِمٍ ، فَهَلْ فِيْهَا مِنْ أَجْرٍ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَسْلَمْتَ عَلَى مَا سَلَفَ مِنْ خَيْرٍ.

Dari Hakim bin Hizam Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah engkau memandang perbuatan-perbuatan baik yang aku lakukan sewaktu masa Jahiliyyah seperti shadaqah, membebaskan budak atau silaturahmi tetap mendapat pahala?” Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Engkau telah masuk Islam beserta semua kebaikanmu yang dahulu” (HR. Bukhari, no. 1436, 2220, 2538, 5992 dan Muslim, no. 123)

Kedua: Baligh. Yang belum baligh berarti belum dibebankan dalam hal shalat.

Tanda baligh ada tiga:

  1. Keluar mani, baik pada laki-laki maupun perempuan.
  2. Keluar darah haidh, khusus pada perempuan.
  3. Umurnya telah mencapai lima belas tahun hijriyah.

Catatan: Wajib bagi wali atau orang tua mengajak anak yang sudah tamyiz untuk melaksanakan shalat ketika ia berusia tujuh tahun. Jika sepuluh tahun belum shalat, hendaklah dipukul (dalam rangka mendidik).

Dari Amr bin Syu’aib, dari bapaknya dari kakeknya radhiyallahu ‘anhu, beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِينَ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِى الْمَضَاجِعِ

“Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun. Pukul mereka jika tidak mengerjakannya ketika mereka berumur sepuluh tahun. Pisahkanlah tempat-tempat tidur mereka“. (HR. Abu Daud, no. 495. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini sahih).

Ketiga: Berakal. Yang dalam keadaan gila atau hilang ingatan, maka tidak terkena kewajiban shalat.

Keempat: Suci dari haidh dan nifas. Jika wanita haidh atau nifas melaksanakan shalat, shalatnya tidaklah sah. Shalat yang ditinggalkan saat wanita haidh dan nifas tidak perlu diqadha’ ketika suci, itulah rahmat Allah.

 

Referensi:

  • Al-Imtaa’ bi Syarh Matan Abi Syuja’ fii Al-Fiqh Asy-Syafii. Cetakan pertama, Tahun 1432 H. Syaikh Hisyam Al-Kaamil Haamid. Penerbit Dar Al-Manar.

 

Diselesaikan 28 Safar 1445 H, 14 September 2023 di perjalanan Pondok DS Panggang – Jogja

Muhammad Abduh Tuasikal 

Artikel Rumaysho.Com

 


Artikel asli: https://rumaysho.com/37520-syarat-wajib-shalat-jika-terkena-syarat-ini-tak-ada-uzur-untuk-tidak-shalat.html